Diepisode 27 ini, Suku Screening kembali hadir dengan menayangkan dua film yang diproduksi oleh siswa-siswi SMK Negeri 3 Pekanbaru dengan judul Petuah dan Tahajjud, yang tayang di Studio Suku Seni Riau, Rabu (23/7).
Petuah merupakan film yang disutradarai oleh M Nur Abdillah, yang berhasil mendapatkan juara 3 pada lomba FLS2N Kota Pekanbaru. Abdi juga berkisah, bahwa Petuah ini merupakan film pertamanya yang ia buat bersama timnya tanpa dialog sesuai kategori perlombaan tersebut. Berkisah tentang Tesa (pemeran utama) yang menemukan makna di balik kalimat, “Nasi akan menangis jika tidak dihabiskan”. Sebuah kalimat yang sering ia dengar sejak kecil.
Berbeda dengan Petuah, film Tahajjud merupakan film bergenre horor. M Izza Nur Fatih, sebagai sutradara mengungkapkan bahwa film tersebut merupakan film yang diproduksi demi memenuhi tugas kenaikan kelas bersama kelompoknya. Mengangkat kisah dua kakak beradik yang memiliki keyakinan berbeda, dengan abangnya pengikut ritual sesat dan berbanding dengan adiknya yang taat beribadah.
Dalam diskusi Suku Screening, baik Abdi maupun Fatih mengungkapkan bahwa film itu tak terlepas dari dukungan sekolah, baik materil maupun non-materil. Fatih juga menambahkan akan tantangan dalam proses pembuatan film, seperti perizinan untuk lokasi produksi film dan juga tentang bagaimana cerita dari film tersebut bisa diterima penonton tanpa adanya dialog.
Berbeda dengan Fatih, Abdi menyampaikan bahwa dalam proses produksi Tahajjud justru memiliki tantangan yang terkait dengan waktu. Proses produksi yang mengharuskan di malam hari justru memiliki kendala terkait perizinan dari sekolah yang membatasi hingga pukul sembilan malam.
Meluas dalam diskusi tentang dua film tersebut, salah seorang yang ikut dalam sesi diskusi, Abda, menyampaikan bahwa ritme dari film petuah yang cukup cepat, dengan film yang tanpa dialog, maka sebaiknya ritme ditiap-tiap scene perlu diperhatikan. Abda menambahkan, “Film itu bernafas, maka perlu dijaga dalam peralihan setiap scenenya”.
Laposa, salah satu anggota Suku Seni, dalam diskusi menyampaikan apresiasinya terkait dua film yang ditayangkan oleh Suku Sinema. Laposa juga menambahkan bahwa untuk film Tahajjud, merupakan film horor pertama yang ditayangkan oleh Suku Sinema. Ia juga menyarankan untuk, “Sound pada film Tahajjud perlu diseimbangkan lagi. Dan juga pendalaman karakter pada aktor, karena hal tersebut menjadi fondasi yang penting dalam membangun kekuatan di film”.
© 2025 Rumah Kreatif Suku Seni Riau