Dengan nama baru ‘Suku Screening’ sebagai agenda rutin pemutaran film yang ada di Suku Seni Riau, diepisode-26 Sukusinema kembali menggelar pemutaran dan diskusi film dokumenter yang bertajuk “The Silenced Soil” di Studio Suku Seni pada Rabu (2/7).
Film yang disutradarai oleh Dara Asia, yang juga merupakan anggota Suku Seni Riau ini berhasil menarik minat penonton yang hadir lewat karyanya yang berhasil menerima dua penghargaan Best Documentary dan Best Cinematography. Yang bercerita tentang seorang seniman lukis, Yos Suprapto, yang menggelar pameran lukisan, namun sayangnya pemeran tersebut dibatalkan.
Menguak alasan di balik pembatalan pameran tersebut, Ilham Ramadhan, selaku moderator membawa diskusi dengan mempertanyakan gagasan dari film tersebut. Lewat film dokumenter yang berdurasi 13 menit ini, Dara, sang sutradara menjelaskan bahwa film ini ingin menyampaikan sesuatu yang tidak diketahui oleh orang banyak. Yakni tentang tema pameran yang diangkat oleh seniman senior asal Yogyakarta tersebut.
Berjudul ‘Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan,’ sebuah pameran lukisan tunggal, yang dibatalkan lantaran ketidaksepemahaman antara seniman, kurator, dan pihak galeri. Bahkan jauh lebih daripada pembatalan pemeran tersebut, film tersebut mengungkap fakta sejarah, tentang kritik terhadap inovasi tanah yang ada di Indonesia. Yang diwariskan turun-temurun sejak masa orde baru.
Tidak hanya tentang lukisan yang terlihat vulgar yang hangat diperbincangkan masyarakat beberapa waktu lalu. Namun jauh daripada itu, seniman yang kerap disapa sebagai ‘Pak Yos’ ini memulai pameran ini, yang berangkat lewat multidisiplin ilmu yang ia geluti. Melalui pengetahuannya mengenai pertanian, mengenai lahan lewat pendekatan biodinamik, tentang tanah, tanaman, hewan, dan manusia yang saling terkait dan saling mempengaruhi.
Menanggapi film The Silenced Soil, salah satu dari banyaknya tanggapan pada sesi diskusi, Kuni Masrohanti berujar bahwa, “Film ini bercerita tentang keberanian, yang berani mengangkat dari sudut pandang yang kuat”. Pendiri Komunitas Seni Budaya Rumah Sunting ini, juga mengucapkan rasa terimakasihnya akan film dokumenter The Silenced Soil yang melanjutkan rasa keberanian untuk terus bersuara lewat karya-karya seni.
Di sesi akhir diskusi, Kepala Suku Seni Riau, Marhalim Zaini, juga menambahkan tentang pengkaryaan atau berkesenian yang menyatakan bahwa, “Keberpihakan dalam berkarya seni adalah justru sesuatu yang perlu hari ini”. Dan, selaras dengan sinopsis yang dibacakan sebelum film diputar, “Siapa pun bebas bersuara, menyampaikan resah gelisah untuk kehidupan yang penuh sejarah… Mestinya segala suara ditampung sampai rampung, bukan ditepis hingga habis”. (H2M)
© 2025 Rumah Kreatif Suku Seni Riau