Tentang Rumah Kreatif Suku Seni Riau

FSMR 2024: Mencari Tahu Asal Jadi, Ke Mana Hendak Membawa Diri

Festival Sastra Melayu Riau 2024 telah terlaksana yang dimulai sejak Juli hingga malam puncak yang dilaksanakan pada 28 September 2024. Dalam rangkaiannya juga diadakannya empat sesi Bincang Sastra yang berlangsung selama FSMR berjalan. Tidak hanya bincang sastra, dalam perhelatannya juga terdapat kegiatan lainnya seperti Pelatihan Sastra, Sayembara Sastra, Pergelaran Sastra, Penerbitan Buku, Bazar Buku, dan produksi film dokumenter tokoh sastra Melayu Riau, Salman Aziz.

Pada pembukaan FSMR pada Sabtu, (27/7/24) dilaksanakannya Bincang Sastra sesi pertama di Auditorium Ismail Suko, Perpustakaan Soeman HS. Dipandu oleh moderator, Joni hendri, dan dua narasumbernya, Fakhrunnas MA Jabbar dan Hary B Koriun. Dengan mengangkat tema, “Sastra dan Media: Yang Tak Berumah Di Bumi, Di Langit Pun Mencari Bunyi”.

Selain Bincang Sastra, dalam rangkaian pada pembukaan FSMR juga menampilkan musikalisasi puisi yang bertajuk “Sebotol Candu,” penampilan alih wahana dari karya puisi Marhalim Zaini. Dan teater puisi yang juga disuguhkan dari penampilan para anggota Suku Seni. Sebuah teater puisi, alih wahana dari karya Ibrahim Sattah yang bertajuk “Kaki”.

Selama kurang lebih tiga bulan pelaksanan FSMR yang diadakan sejak Juli, serangkaian kegiatan telah sepenuhnya terlaksana. Juga terlaksananya Pelatihan Alih Wahana Sastra Melayu, dengan 20 peserta terpilih yang dilaksanakan pada 3 Agustus 2024, di Studio Suku Seni Riau.

Hingga malam puncak FSMR yang diadakan pada Sabtu, (28/9/24) serangkaian malam puncak tersebut dilaksanakan di Anjung Seni Idrus Tintin. Mulai pengumuman 5 pemenang terbaik sayembara alih wahana; peluncuran buku antologi puisi Indonesia, “Gurindudendam”, dengan total 55 penyair yang lolos kurasi yang tersebar diseluruh Indonesia; juga pemutaran film dokumenter tokoh Sastra Melayu Riau, Salman Aziz; dan puncak dari seluruh perhelatan Festival Sastra Melayu Riau, Suku Seni Riau menampilkan pertunjukan Teater Puisi yang bertajuk “Hikayat Para Penunggu Hutan”.  

FSMR didukung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.