Tentang Rumah Kreatif Suku Seni Riau

Sekolah Budaya Exhibition: Menciptakan Sebuah Ekosistem Pergerakan Seni Berbasis Komunitas

Lantai dasar Mal Pekanbaru, Selasa (17/12/24), Suku Seni Riau menyuguhkan perhelatan Sekolah Budaya Exhibition (SBX) sebagai penutup dari salah satu rangkaian program unggulannya, Sekolah Budaya untuk tahun 2024.  SBX dilaksanakan sebagai ruang dalam menampilkan atau memamerkan karya para peserta dari 7 bidang kesenian setelah berlangsungnya 12 kali pertemuan yang terdiri dari 70 peserta.

Selama lebih kurang tiga bulan terakhir sejak September, terdapat beberapa bidang kesenian yang menampilkan karyanya, diantaranya seni tari, teater, musik, dan tari anak. Dan pameran seni lainnya dari bidang sastra dan rupa yang didirikan pada tiang-tiang pameran di sekeliling lokasi SBX berlangsung. Dan karya film akan ditampilkan besoknya, yakni pada Rabu malam di Studio Suku Seni.

Dalam penyelenggaraan SBX ini adalah dalam bentuk menemui penikmat seni di ruang publik, yang juga menjadi kali pertama bagi Suku Seni menyelenggarakannya secara langsung. Dibuka dengan kata sambutan dari Direktur Sekolah Budaya, Marhalim Zaini, yang mengungkapkan rasa syukurnya untuk program sekolah budaya 2024 bisa berlangsung hingga selesai. Dalam kata sambutannya, Marhalim sedikit menjelaskan tentang proses Sekolah Budaya yang sudah berjalan selama tiga bulan terakhir.

“Melalui dua aspek, yakni pendidikan dan kebudayaan, Sekolah Budaya dipersiapkan dan dilaksanakan dengan kurikulum yang terukur sejak awal bersama para pengajar. Kedepannya, ini mungkin dilaksanakan dalam bentuk vokasi,” jelas Founder Suku Seni Riau tersebut. Beriringan dalam kata sambutannya, terimakasih juga diucapkan Direktur Sekolah Budaya kepada para pengajar, yang juga ikut membantu dalam penyusunan kurikulum Sekolah Budaya, yang diantaranya: Furqon Elwe (rupa), Hary B Koriun (sastra), Ridho Arofa (film), Husin (teater), Wan Harun (tari), Eka Saputra (musik), dan Laposa Mirdja (tari anak).

Marhalim Zaini juga menjelaskan bahwa yang terpenting bukanlah hasilnya, tapi proses membangun generasi seni budayanya, “Setelah ini bisa saja dia (peserta sekolah budaya) tidak lagi menjadi seniman, tidak lagi menari, tidak lagi melukis, tetapi pengalaman tiga bulan itu akan memberikan stimulasi tersendiri bagi mentalnya, kreatifitasnya, keberaniannya, terutama bagi generasi muda saat ini”.

Tidak hanya dari Direktur Sekolah Budaya, beberapa pejabat dari dinas terkait juga memberi kata sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Riau, Masriya, yang mewakili PJ Walikota Pekanbaru. Dan kata sambutan dari Kepala Taman Budaya Riau, Mardayana Ofeta. SBX ini juga dihadiri dari para undangan dari pejabat terkait seperti Herman (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau), Mimi Yuliani Nazir (Kepala Dinas Perpustakaan Riau), Toha Machsum (Kepala Balai Bahasa Riau), dan Februartati (Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru).

Setelah rangkaian dari doa hingga kata sambutan, disambut juga dengan rangkaian penampilan dari peserta sekolah seperti dari tari anak yang membawakan dua tarian, yakni Tari Persembahan dan Tari Mak Inang Pulau Kampai. Juga pada tari dewasa yang menampilkan empat repertoar tari inovatif yang berbasis pada tradisi.

Pada bidang seni musik, para peserta menampilkan ansambel gitar akustik dengan lagu-lagu melayu yang diaransemen ulang dan dimainkan dengan warna yang berbeda. Dan diakhir pertunjukan, terdapat pertunjukan seni teater yang berjudul “Ibu Kehidupan dalam Bayang-bayang Payung Kehidupan”.  (H2M)