Tentang Rumah Kreatif Suku Seni Riau

Dibalik Ritual Badewo: Perpaduan antara Pengobatan, Seni, dan Spiritualitas

Memasuki episode 20 Nobar Suku pada Rabu (16/10), Rumah Kreatif Suku Seni Riau menayangkan film yang berjudul ‘Dibalik Ritual Badewo’, dikemas dalam balutan genre dokumenter yang diselenggarakan di Studio Suku Seni. Sebuah film yang menampilkan ritual pengobatan masyarakat Suku Bonai di Rokan Hulu dalam perpaduan antara pengobatan, seni, dan spiritualitas.

Tayangan film ini mengajak penonton menyelami kedalaman tradisi leluhur yang disebut sebagai Ritual Badewo. Sebuah ritual yang dipercaya oleh masyarakat Bonai mampu mengobati berbagai macam penyakit. Dengan permainan musik, mantra, dan menari, ritual tersebut akan berlangsung hingga Bomo (Dukun) mengalami trans, dan trans tersebut ialah sebagai bentuk komunikasi dalam praktik pengobatan melalui hal gaib.

M. Kisra Anusyirwan, sebagai sutradara mengemukan dalam catatan tertulis, bahwa ditengah derasnya arus modernisasi, ritual pengobatan Suku Bonai sudah jarang dilakukan, hal ini karena masyarakat sudah mengenal pengobatan medis. Meski demikian, nilai-nilai luhur dan keindahan seninya masih tetap hidup. Sutradara yang menggarap film ini ketika ia masih di bangku SMA juga menekankan bahwa film ini bukan hanya sebagai warisan leluhur, tetapi juga sebagai cerminan kekayaan identitas budaya kita.

Sejalan dengan sutradara, Syahrizal Fadhli, produser yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi juga mengatakan, “Produksi film ini diangkat dari sesuatu yang dekat dengan kita.” Dan Fadhli yang pernah bersekolah menengah atas di Rokan Hulu juga menjelaskan alasan Masyarakat Bonai mempertahankan ritual Badewo adalah karena Ritual Badewo merupakan nilai-nilai budaya yang masih mereka percayai.

Dalam diskusi Nobar Suku ini, M. Iqbal, sebagai pengamat film, menanggapi karya yang diproduksi oleh PH Susur Negeri mengatakan bahwa film ini on the point. Iqbal menjelaskan bahwa, “Saat kita menonton film ini, kita memahami tentang ritual yang tertuju untuk ‘Dewa’ yang dimaksud dari Masyarakat Bonai.”

Pada akhir diskusi, Kepala Suku Seni, Marhalim Zaini, menanggapi bahwa jika berbicara film dokumenter maka menarik untuk membicarakan isi dari film tersebut. Dalam tanggapannya, Marhalim memberikan penjelasan bahwa para kawula muda saat ini sangat berjarak dengan ritual, seolah-olah mereka yang menjalankan ritual adalah mereka yang jauh dari peradaban. Kepala Suku Seni juga menegaskan bahwa kita semua lahir dari ritual-ritual tersebut, “Bahkan jika kita telusuri, bahwa kakek buyut kita, kita akan menemukan kehidupan kita penuh dengan ritual. Apakah itu nilai agama atau tradisi.” Diakhir ia juga menambahkan, bahwa jika ingin memahami seni, cobalah untuk melihat ritual-ritual tersebut. (H2M)