Proses pewarnaan pada motif yang telah diberi pola oleh lilin malam
Brand dengan logo motif “Pucuk Rebung”-nya ini pernah menembus pameran Internasional hingga lolos kurasi di ajang Showroom Case di Paris selama pekan mode Paris Fashion Week 2022.
Genap berusia 2 tahun pada tanggal 6 November 2022, Kalabumi Coffeshop and Multi Space punya cara tersendiri dalam merayakan anniversarry mereka. Cafe yang berada di jalan Dr. Susilo No.6 Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail kota Pekanbaru tersebut menyuguhkan rangkaian event yang bisa dinikmati oleh pengunjung cafe Kalabumi. Salah satu event yang menarik perhatian yakni bertajuk “Kalabumi Bangga Berbudaya Mengadakan Canting Batik Riau”.
Bertemakan Akulturasi Budaya, Kalabumi menggaet brand fashion NZ Craft untuk berkolaborasi, di mana brand tersebut merupakan brand fashion yang berfokus pada produk tekstil tradisional seperti tenun dan batik. Tim Majalah Suku Seni Riau pun berkesempatan menghadiri acara tersebut dan berbincang dengan management sekaligus investor Kalabumi, diantaranya Cindy Claudia Nasyella Nasution, Ibnuyuri Alhafis, dan Alvin Wiryawan Aldrin, serta pemilik usaha dari NZ Craft yakni Tengku Nizwa Aghfa bersama rekannya Fathra Fahasta.
Acara yang diadakan pada tanggal 17 November 2022 ini melibatkan beberapa peserta yang sebelumnya telah terdaftar melalui kanal media sosial. Selain peserta dari luar, beberapa pengelola dari Kalabumi juga ikut serta dalam acara canting batik Riau tersebut.
Acara canting batik Riau ini dimulai pada siang hari hingga malam hari tepatnya di salah satu space khusus yang telah tersedia di Kalabumi Coffeeshop and Multi Space. “Cintailah budaya kita” ujar Cindy, Ibnu, dan Alvin dengan kompak ketika ditanyakan apa yang hendak dikampanyekan dalam acara ini. Uniknya, untuk menginisiasi bangga dengan budaya sendiri, Kalabumi juga mewajibkan para barista maupun pramusaji untuk mengkombinasikan pakaian mereka dengan kain batik setiap hari selasa.
Lebih lanjut, pihak Kalabumi menjelaskan bahwa maraknya konser musik dan festival pada akhir tahun 2022 membuat mereka ingin memberikan sesuatu yang berbeda kepada masyarakat Pekanbaru, terutama pelanggan Kalabumi. Sehingga pihak management mengusung ide untuk mengadakan workshop canting Batik Riau yang mengangkat unsur budaya lokal, apalagi tidak banyak tempat belajar mencanting batik di Pekanbaru. Oleh sebab itu, kalabumi memfasilitasi masyarakat khususnya pelanggan mereka untuk lebih jauh belajar dan mengenal cara mencanting batik Riau.
Memiliki beberapa kesamaan visi misi serta karakter yang melekat pada brand NZ Craft, membuat pihak Kalabumi menggaet brand tersebut untuk berkolaborasi. Tidak hanya sebatas pada event tersebut, kolaborasi ini juga akan mengawali Kalabumi yang rencananya akan mendirikan cabang berkonsep Coffeshop and gallery.
NZ Craft sendiri merupakan brand fashion dari Riau yang khusus mengeluarkan produk-produk wastra. Mengusung konsep sejak tahun 2015 hingga akhirnya launching pada tahun 2018, NZ Craft telah banyak menginovasikan wastra pada produk-produk pakaian ready to wear, cocktail dress, gaun pesta, tas, aksesoris, dan lain-lain. Selain itu, brand dengan logo motif “Pucuk Rebung”-nya ini pernah menembus pameran internasional hingga lolos kurasi di ajang Showroom Case di Paris selama pekan mode Paris Fashion Week 2022.
Spesial pada acara Kalabumi Bangga Berbudaya ini, NZ Craft mengusung ide motif batik yang akan mereka gaungkan pada acara tersebut, yakni motif bunga Seroja Dara. Bukan sembarang memilih untuk menjadikan motif ini sebagai icon di acara tersebut, ini karena nilai sejarah yang melekat pada bunga Seroja Dara. Bentuk bunga Seroja sendiri mirip dengan bunga Lotus, dan kata Dara merupakan singakatan dari Danau Raja. Ternyata bunga Seroja Dara yang dicanting oleh peserta workshop tersebut merupakan bunga yang banyak tumbuh di danau, di mana danau tersebut berada di depan istana kerajaan Indragiri.
Proses mencanting ini merupakan proses menggoreskan lilin khusus bernama malam pada pola kain batik, yang pada proses akhirnya akan mereka warnai, malam yang telah dibubuhkan pada pola tadi berfungsi untuk memisahkan antar pola pada kain batik sehingga terbentuklah motif yang telah digambarkan sebelumnya.
Tengku Nizwa terus berusaha mengembangkan produk wastranya agar bisa dikenal luas, khususnya generasi muda. Campaign yang mereka kumandangkan kepada generasi millenial adalah bahwa menggunakan produk khas daerah itu juga tak kalah kerennya. Selain style yang telah di modifikasi, ciri khas daerah yang melekat pada produk juga menandakan identitas daerah. Maka berkolaborasi pada event ini pun serasa cocok dengan filosofi brand yang mereka kampanyekan.
Karena produk khas daerah, canting batik Riau tentu mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakan dengan daerah lainnya, “Motifnya lebih spesifik terhadap flora dan fauna, karena di Riau sendiri banyak tumbuhan dan hewan khas beragam. Untuk pewarnaan sendiri, kalau di Jawa kan banyak unsur bumi, jadi lebih banyak memakai warna netral seperti coklat dan warna gelap. Tapi kalau di Riau lebih banyak memakai warna cerah, seperti kuning, hijau, oren. Jadi ngikutin sesuai budaya daerah,” tutur Tengku Nizwa sebagai pemilik usaha NZ Craft.
“Kalau batik Riau itu ciri khasnya juga dibedakan dari cara penyusunan motifnya, yaitu ada Tabir dan Tabur. Kalau Tabir itu susunannya lurus seperti di pelaminan pengantin. Kalau Tabur itu pada umumnya, yaitu lebih dinamis namun teratur” ungkap fathra menambahi.
Karena diadakan di salah satu spot semi terbuka, kegiatan ini pun bisa disaksikan langsung secara antusias oleh para pengunjung cafe Kalabumi dan mendapat respon yang positif, “Acara seperti ini sangat bagus di saat kepedulian anak-anak muda terhadap budaya lokal tergerus perkembangan zaman, apalagi sebagian besar pelanggan kalabumi adalah anak muda,” ungkap Arini, salah satu pengunjung cafe Kalabumi.
Tak kalah antusiasnya, salah satu peserta yang mengikuti mencanting batik tersebut yakni, Audina Yesman mengungkapkan mengikuti workshop cantik batik ini ternyata susah-susah gampang, “Perlu kesabaran banget dan ketelatenan mengukir pola motifnya, karena garis ketebalannya harus seimbang, tapi seru sih. Jadi banyak belajar dan mengenal lebih dalam tentang membatik ini,” ujarnya sembari memperlihatkan hasil cantingan batiknya kepada tim majalah Suku Seni Riau.
Batik memiliki jejak sejarah yang amat panjang dalam sejarah wastra nusantara, hingga pada puncaknya pada 2 oktober 2009, ketika The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) menetapkan batik sebagai Warisan Tak Benda (Intagible Heritage). Sejak saat itu cukup banyak inisiatif dan gerakan yang dilakukan berbagai kelompok masyarakat untuk membangun optimisme akan kelestarian batik itu sendiri melalui inovasi dan kolaborasi.
“Karena pada dasarnya modernitas tidak bisa dihindarkan, kenapa kita tidak coba saja menggabungkan budaya tradisional dengan unsur modernitas,” ungkap Ibnu. Untuk ke depannya mereka juga ingin mengadakan pelbagai acara Kalabumi Bangga Berbudaya lainnya.
“Perkembangan batik ini besar di kalangan anak muda. Mereka punya antusias yang besar, itu bisa dilihat ketika kami melakukan trade expo. Seperti Menteri Perdagangan yang mengusung program UMKM Naik Kelas karena pangsa pasarnya besar sekali, ditambah batik sendiri sudah terdaftar di UNESCO,” pungkas Tengku Nizwa yang optimis bahwa produk wastra akan menyentuh pasar global jika terus didukung dan dilakukan berbagai modifikasi serta inovasi. (EJ)
© 2025 Rumah Kreatif Suku Seni Riau